Panrita.id

Hukum Isbal: TIDAK HARAM

Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA. (Profil)

Dosen Ilmu Hadis UIN Sultan Syarif Kasim Riau

 

Hadits Pertama:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ» قَالَ: فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا، قَالَ أَبُو ذَرٍّ: خَابُوا وَخَسِرُوا، مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ»

Dari Abu Dzar, dari Rasulullah Saw,  beliau bersabda, “Ada tiga yang tidak akan diajak bicara oleh Allah swt. pada hari kiamat, Allah Swt tidak memandang mereka, tidak mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang menyakitkan”. Rasulullah saw. mengatakannya tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka itu sia-sia dan merugi. Siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “ Al-Musbil (orang yang memanjangkan jubah/kain/kaki celana menutupi mata kaki), orang yang mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta”. (HR. Muslim, 171, I/102).

Hadits Kedua:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِي النَّارِ»

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda,“Kain yang di bawah dua mata kaki, maka di dalam neraka”. (HR. al-Bukhari, 5787, VII/141).

Pendapat Ulama Memahami Hadits-Hadits Ini:

1) Imam Syafi’i:

وَقَالَ النَّوَوِيُّ الْإِسْبَالُ تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ لِلْخُيَلَاءِ فَإِنْ كَانَ لِغَيْرِهَا فَهُوَ مَكْرُوهٌ وَهَكَذَا نَصَّ الشَّافِعِيُّ عَلَى الْفَرْقِ بَيْنَ الْجَرِّ لِلْخُيَلَاءِ وَلِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ

Imam an-Nawawi berkata, “ Makna Isbal adalah memanjangkan kain di bawah kedua mata kaki, hanya bagi orang yang sombong. Jika pada orang yang tidak sombong, maka makruh. Demikian  disebutkan Imam Syafi’i secara nash tentang perbedaan antara orang yang memanjangkan kain karena sombong dan orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong (Al-Haifzh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.X (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379 H, hal. 263.)

2) Imam al-Bukhari:

Imam al-Bukhari memuat satu bab khusus dalam Shahih al-Bukhari, Kitab: al-Libas (pakaian), Bab: Orang Yang Memanjangkan/Menyeret Kainnya Tanpa Sifat Sombong.

بَابُ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ مِنْ غَيْرِ خُيَلاَءَ

Ini membuktikan bahwa Imam al-Bukhari membedakan antara orang yang memanjangkan pakaian dengan sifat sombong dan tanpa sifat sombong.  Dalam bab ini Imam al-Bukhari memuat hadits yang mencela orang yang memanjangkan kain dengan sifat sombong, Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ إِزَارِي يَسْتَرْخِي، إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَسْتَ مِمَّنْ يَصْنَعُهُ خُيَلاَءَ»

“Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah swt. tidak akan memandangnya pada hari kiamat”. Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu bagian kainku terujulur (panjang), melainkan bahwa aku tidak berniat sombong”. Rasulullah Saw berkata, “Engkau tidak termasuk orang yang melakukannya karena sifat sombong”. (HR. al-Bukhari, No. 5784, VII/141).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا»

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “ Allah swt tidak memandang pada hari kiamat kepada orang yang memanjangkan kainnya karena angkuh/sombong”. (HR. al-Bukhari, No. 5788, VII/141 dan Muslim, No. 48/2087, Juz. III/hal. 1653).

عَنِ ابْنِ عُمَرَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُذُنَيَّ هَاتَيْنِ، يَقُولُ: «مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ لَا يُرِيدُ بِذَلِكَ إِلَّا الْمَخِيلَةَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah Saw dengan kedua telinga saya ini, beliau bersabda, ‘Siapa yang memanjangkan kainnya, tidak menginginkan dengan itu melainkan keangkuhan, maka sesungguhnya Allah swt. tidak akan melihatnya pada hari kiamat’.” (HR. Muslim, No. 45/208, Juz. III, hal. 1652).

3) Al-Nawawi :

وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ فَمَعْنَاهُ الْمُرْخِي لَهُ الْجَارُّ طَرَفَهُ خُيَلَاءً كَمَا جَاءَ مُفَسَّرًا فِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ يَجُرُّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ وَالْخُيَلَاءُ الْكِبْرُ وَهَذَا التَّقْيِيدُ بِالْجَرِّ خُيَلَاءَ يُخَصِّصُ عُمُومَ الْمُسْبِلِ إِزَارَهُ وَيَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْمُرَادَ بِالْوَعِيدِ مَنْ جَرَّهُ خُيَلَاءَ وَقَدْ رَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذَلِكَ لِأَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَالَ لَسْتَ مِنْهُمْ إِذْ كَانَ جَرُّهُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ

Adapun makna sabda Rasulullah saw: “Orang yang memanjangkan kainnya”.

الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ

Maknanya adalah: orang yang memanjangkan kainnya, menyeret ujungnya karena sombong, sebagaimana dijelaskan oleh hadits lain:

لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ يَجُرُّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ

“Allah swt tidak memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”.

Makna kata: khuyala’ adalah sombong.

الْخُيَلَاءُ الْكِبْرُ

Kata ‘memanjangkan’ yang bersifat umum diikat dengan kata ‘sombong’, untuk mengkhususkan orang yang memanjangkan kain yang bersifat umum. Ini menunjukkan bahwa yang diancam  dengan ancaman yang keras adalah orang yang memanjangkan kainnya karena sombong. Rasulullah Saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq dengan ucapan, “Engkau tidak termasuk bagian dari mereka”. Karena Abu Bakar memanjangkan pakaiannya bukan karena sombong.(Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz. II (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al‘Araby, 1392 H, hal.116)

Imam an-Nawawi membuat satu bab khusus dalam kitab Riyadh ash-Shalihin:

باب صفة طول القميص والكُم والإِزار وطرف العمامة وتحريم إسبال شيء من ذلك على سبيل الخيلاء وكراهته من غير خيلاء

Bab: Sifat panjangnya gamis, ujung gamis, kain dan ujung sorban. Haram memanjangkan semua itu untuk kesombongan, makruh jika tidak sombong (Imam an-Nawawi, Riyadh ash-Shalihin, juz.I, hal. 425)

4) al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:

وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ أَنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ لِلْخُيَلَاءِ كَبِيرَةٌ وَأَمَّا الْإِسْبَالُ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ فَظَاهِرُ الْأَحَادِيثِ تَحْرِيمُهُ أَيْضًا لَكِنِ اسْتُدِلَّ بِالتَّقْيِيدِ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ بِالْخُيَلَاءِ عَلَى أَنَّ الْإِطْلَاقَ فِي الزَّجْرِ الْوَارِدِ فِي ذَمِّ الْإِسْبَالِ مَحْمُولٌ عَلَى الْمُقَيَّدِ هُنَا فَلَا يَحْرُمُ الْجَرُّ وَالْإِسْبَالُ إِذَا سَلِمَ مِنَ الْخُيَلَاءِ

Dalam hadits-hadits ini disebutkan bahwa memanjangkan kain bagi orang-orang yang sombong adalah dosa besar. Adapun memanjangkan kain bagi yang tidak sombong, zhahir hadits ini mengandung makna haram juga, akan tetapi diikat dengan hadits-hadits lain yang mengandung makna sombong. Kalimat yang bersifat umum dalam kecaman tersebut mengandung makna ikatan: bagi orang yang sombong. Oleh sebab itu, tidak haram menyeret dan memanjangkan kain jika selamat dari sifat sombong. (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz. X, hal. 263.)

وَهَذَا الْإِطْلَاقُ مَحْمُولٌ عَلَى مَا وَرَدَ مِنْ قَيْدِ الْخُيَلَاءِ فَهُوَ الَّذِي وَرَدَ فِيهِ الْوَعِيدُ بِالِاتِّفَاقِ

Penggunaan kalimat yang bersifat umum ini mengandung makna ikatan, diikat dengan hadist hadits yang mengikat dengan sifat sombong, maka orang yang memanjangkan kain/jubah/kaki celana dengan sifat sombong, itulah yang diancam dengan ancaman yang keras, disepakati ulama tentang ini (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz. X, hal. 257.)

5) Imam as-Suyuthi:

المسبل إزَاره المرخي لَهُ الْجَار طَرفَيْهِ خُيَلَاء فَهُوَ مُخَصص بِالْحَدِيثِ الآخر لَا ينظر الله إِلَى من جر ثَوْبه خُيَلَاء وَقد رخص صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي ذَلِك لأبي بكر حَيْثُ كَانَ جَرّه لغير الْخُيَلَاء

Makna kata:

المسبل إزَاره

adalah: Orang yang memanjangkan kainnya, orang yang menyeret ujung kainnya karena sombong. Hadits ini dikhususkan dengan hadits lain:

لَا ينظر الله إِلَى من جر ثَوْبه خُيَلَاء

“Allah swt tidak memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”. Rasulullah saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar, karena Abu Bakar memanjangkan kainnya bukan untuk sombong. (Imam as-Suyuthi, Syarh as-Suyuthi ‘ala Muslim, juz.I, hal. 121

6) Imam asy-Syaukani:

وَظَاهِرُ التَّقْيِيدِ بِقَوْلِهِ: خُيَلَاءَ، يَدُلُّ بِمَفْهُومِهِ أَنَّ جَرَّ الثَّوْبِ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ لَا يَكُونُ دَاخِلًا فِي هَذَا الْوَعِيدِ

Zhahir ikatan dengan kata: khuyala’ (sombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong, maka tidak termasuk dalam ancaman hadits ini (Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Nail al-Authar min Ahadits Sayyid al-Akhyar Syarh Muntaqa al-Akhbar: Idarah ath-Thiba’ah al-Muniriyah, juz.II, hal.112)

7) Imam ash-Shan’ani:

وَتَقْيِيدُ الْحَدِيثِ بِالْخُيَلَاءِ دَالٌّ بِمَفْهُومِهِ أَنَّهُ لَا يَكُونُ مَنْ جَرَّهُ غَيْرَ خُيَلَاءَ دَاخِلًا فِي الْوَعِيدِ

Hadits ini diikat dengan kata: khuyala’ (sombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tanpa sombong tidak termasuk dalam ancaman hadits ini (Imam Muhammad bin Is ma’il al -Amir al-Kahlani ash-Shan’ani, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram: Maktabah al-Bab al-Halaby, 1379 H, juz.IV, hal. 158)

8) Syekh Dr.Yusuf al-Qaradhawi:

ومن اللازم لفهم السنة فهمًا صحيحًا: أن تجمع الأحاديث الصحيحة في الموضوع الواحد

Salah satu metode memahami hadits dengan baik adalah: “Menggabungkan beberapa hadits dalam satu tema”

خُذْ مَثَلاً الأحاديث التي وردت في إسبال الإزار , وتشديد الوعيد عليه. وهو ما استند إليه كثير من الشباب المتحمس في شدة الإنكار على من لم يقصر ثوبه إلى ما فوق ٌالكعبين. وبالغوا في ذلك حتى أوشكوا أن يجعلوا تقصير الثوب من شعائر الإسلام , أو فرائضه العظام. وإذا نظروا إلى عالم أو داعية مسلم لا يقصر ثوبه كما يفعلون , رموه في أنفسهم ـ وربما علانية ـ بقلة الدين!

Hadits tentang Isbal, banyak pemuda Islam yang bersemangat sangat mengingkari orang lain yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Bahkan mereka terlalu berlebihan dalam bersikap sampai pada tingkat menjadikan perbuatan memendekkan kaki celana sebagai syi’ar Islam atau kewajiban yang besar dalam Islam. Jika mereka melihat seorang ulama atau da’i tidak memendekkan kaki celana seperti yang mereka lakukan, mereka menuduhnya -bahkan  secara terang-terangan- tidak faham agama! (Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyyah, Cairo; Dar asySyuruq, 1423 H, hal.123)

إن الاكتفاء بظاهر حديث واحد , دون النظر في سائر الأحاديث وسائر النصوص المتعلقة بموضوعه , كثيرًا ما يوقع في الخطأ , ويبعد عن جادة الصواب , وعن المقصود الذي سيق له الحديث.

Sesungguhnya hanya mencukupkan diri dengan makna zhahir satu hadits saja, tanpa melihat hadits-hadits lain yang terkait dengan tema tertentu secara keseluruhan, itulah yang seringkali membuat orang terjerumus dalam kekeliruan, jauh dari kebenaran dan tujuan yang dimaksud hadits Rasulullah saw. (Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyyah, Cairo; Dar asySyuruq, 1423 H, hal.128)

Hubungan Kesombongan dan Memanjangkan Pakaian/Jubah.

Memanjangkan jubah merupakan tradisi kesombongan raja-raja Romawi dan Persia masa silam. Untuk menunjukkan keangkuhan dan kesombongan mereka, maka para penguasa itu memanjangkan jubah yang ujungnya dibawa oleh para pengawal dan dayang-dayang. Tradisi itu masuk juga ke dalam masyarakat Jahiliyah. Dalam satu bait sya’ir jahiliyah dikatakan,

فلا يغرنك جرّ الثوب معتجرا … إني امرؤ لي عند الجد تشمير

Janganlah engkau terpukau dengan panjangnya jubah dan sorban yang terurai…Sesungguhnya aku juga orang yang memiliki pakaian yang panjang (DR.Jawwad ‘Ali, al-Mufashshal fi Tarikh al-‘Arab Qabl al-Islam: Dar as-Saqi, 1422 H, Juz.XVIII,  hal.37)

Tradisi keangkuhan dan kesombongan itulah yang dibantah Rasulullah saw.

Sumber: H. Abdul Somad, Lc., MA. 37 Masalah Populer, hal. 91-95.