Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA. (Profil)
Dosen Ilmu Hadis UIN Sultan Syarif Kasim Riau
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ، بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ المَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ»
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan shahih Muslim dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
“Aku mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai ketika terdengar suara takbir”. [1]
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Kami mengetahui”.
Dalam riwayat lain dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas, “ Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir selesai shalat wajib telah dilakukan sejak masa Rasulullah Saw”.
Ibnu Abbas berkata, “Saya mengetahui bahwa mereka telah selesai melaksan akan shalat ketika saya mendengarnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). [2]
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
السؤال
فضيلة الشيخ: ما حكم رفع الصوت بالذكر عقب الصلاة المكتوبة؟ الشيخ: سنة، إلا إذا كان إلى جنبك رجل يتم وتخشى إن رفعت الصوت أن تشوش عليه فلا ترفع صوتك.
السائل: والدليل يا شيخ؟ الشيخ: الدليل حديث عبد الله بن عباس رضي الله عنهما في صحيح البخاري قال: (كان رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة على عهد النبي صلى الله عليه وسلم، وكنت أعرف انقضاء صلاتي بذلك)
Penanya:
Syekh yang mulia, apa hukum mengangkat suara berzikir setelah shalat wajib?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Sunnah, kecuali jika di samping anda ada seseorang yang menyempurnakan shalat dan anda khawatir jika anda mengangkat suara anda akan mengganggunya, maka jangan keraskan suara anda.
Penanya:
Dalilnya syekh?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Hadits Abdullah bin Abbas dalam Shahih al-Bukhari: “mengangkat suara berzikir ketika setelah selesai shalat wajib telah ada pada masa Rasulullah Saw, saya mengetahui shalat telah selesai dengan itu”[3]
KEUTAMAAN ZIKIR JAHR BERAMAI-RAMAI.
Banyak ayat-ayat al-Qur’an menyebut kata zikir dalam bentuk jamak.
Firman Allah Swt:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring”. (QS. Al ‘Imran [3]: 191).
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33]: 35).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (QS. Al-Ahzab [33]: 41-42).
Hadits-Hadits Tentang Zikir Beramai-ramai.
Hadits Pertama:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ، فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ” قَالَ: «فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا» قَالَ: ” فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ، وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ، مَا يَقُولُ عِبَادِي؟ قَالُوا: يَقُولُونَ: يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ ” قَالَ: ” فَيَقُولُ: هَلْ رَأَوْنِي؟ ” قَالَ: ” فَيَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ؟ ” قَالَ: ” فَيَقُولُ: وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا ” قَالَ: ” يَقُولُ: فَمَا يَسْأَلُونِي؟ ” قَالَ: «يَسْأَلُونَكَ الجَنَّةَ» قَالَ: ” يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا ” قَالَ: ” يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً، قَالَ: فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: مِنَ النَّارِ ” قَالَ: ” يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا ” قَالَ: ” يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا؟ ” قَالَ: ” يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً ” قَالَ: ” فَيَقُولُ: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ” قَالَ: ” يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ: فِيهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ، إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ. قَالَ: هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ “
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Swt memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir, apabila para malaikat itu menemukan sekelompok orang berzikir, maka para malaikat itu saling memanggil: “Marilah kamu datang kepada apa yang kamu cari”. Para malaikat itu menutupi majlis zikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia. Tuhan mereka bertanya kepada mereka, Allah Maha Mengetahui daripada mereka: “Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka bertasbih mensucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, memuliakan-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka pernah melihat Aku?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat Engkau”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihat Aku?”. Para malaikat menjawab: “Andai mereka melihat -Mu, tentulah ibadah mereka lebih kuat, pengagungan mereka lebih hebat, tasbih mereka lebih banyak”. Allah berka ta: “Apa yang mereka mohon kepada-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka memohon surga-Mu”. Allah berkata: “Apakah mereka pernah melihat surga?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Andai mereka pernah melihat surga, pastilah mereka lebih bersemangat untuk mendapatkannya, lebih berusaha mencarinya dan lebih hebat keinginannya”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohonkan supaya dijauhkan?”. Malaikat menjawab: “Mereka mohon dijauhkan dari neraka”. Allah berkata: “Apakah mereka pernah melihat neraka?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Pastilah mereka lebih kuat melarikan diri dari nereka dan lebih takut”. Allah berkata: “Aku persaksikan kepada kamu bahwa Aku telah mengampuni orang-orang yang berzikir itu”. Ada satu malaikat berkata: “Ada satu diantara mereka yang bukan golongan orang berzikir, mereka datang karena ada suatu keperluan saja”. Allah berkata: “Mereka adalah teman duduk yang tidak menyusahkan teman duduknya”. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad bin Hanbal).[4]
Hadits Kedua:
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا خَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ لِلَّهِ سَرَايَا مِنَ الْمَلَائِكَةِ تَحِلُّ وَتَقِفُ عَلَى مَجَالِسِ الذِّكْرِ فِي الْأَرْضِ، فَارْتَعُوا فِي رِيَاضِ الْجَنَّةِ» . قَالُوا: وَأَيْنَ رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: «مَجَالِسُ الذِّكْرِ، فَاغْدُوا وَرُوحُوا فِي ذِكْرِ اللَّهِ، وَذَكِّرُوهُ أَنْفُسَكُمْ مَنْ كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَعْلَمَ مَنْزِلَتَهُ عِنْدَ اللَّهِ فَلْيَنْظُرْ كَيْفَ مَنْزِلَةُ اللَّهِ عِنْدَهُ، فَإِنَّ اللَّهَ يُنْزِلُ الْعَبْدَ مِنْهُ حَيْثُ أَنْزَلَهُ مِنْ نَفْسِهِ»
Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah Saw keluar menemui kami, ia berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Swt memiliki sekelompok pasukan malaikat yang menempati dan berhenti di majlis-majlis zikir di atas bumi, maka nikmatilah taman-taman surga”. Para shahabat bertanya: “Di manakah taman-taman surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab: “Majlis-majlis zikir. Maka pergilah, bertenanglah dalam zikir kepada Allah dan jadikanlah diri kamu berzikir mengingat Allah. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah bagi dirinya. sesungguhnya Allah menempatkan seorang hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu menempatkan Allah bagi dirinya”. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini:
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
Hadits ini sanadnya shahih, tapi tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka.[5]
Hadits Ketiga:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا قالوا وما رياض الجنة قال حلق الذكر
Dari Anas, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kamu melewati taman surga, maka nikmatilah”, para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah taman surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab: Halaqah-halaqah (lingkaran-lingkaran) majlis zikir”. (HR. At-Tirmidzi). [6]
Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Hasan. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).[7]
Hadits Keempat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: خَرَجَ مُعَاوِيَةُ، إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَالَ: مَا يُجْلِسُكُمْ؟ قَالُوا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ. قَالَ: آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ؟ قَالُوا: وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلاَّ ذَاكَ. قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ، وَمَا كَانَ أَحَدٌ بِمَنْزِلَتِي مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَلَّ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي، إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ: مَا يُجْلِسُكُمْ؟ قَالُوا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ لِمَا هَدَانَا لِلإِسْلاَمِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِهِ، فَقَالَ: آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ؟ قَالُوا: آللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلاَّ ذَاكَ. قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ لِتُهْمَةٍ لَكُمْ، إِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ وَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلاَئِكَةَ.
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Mu’awiyah pergi ke masjid, ia berkata: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Mereka menjawab: “Kami duduk berzikir mengingat Allah”. Ia bertanya: “Demi Allah, apakah kamu duduk hanya karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, hanya itu yang membuat kami duduk”. Mu’awiyah berkata: “Aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, tidak seorang pun yang kedudukannya seperti aku bagi Rasulullah Saw yang hadits riwayatnya lebih sedikit daripada aku, sesungguhnya Rasulullah Saw keluar menemui halaqah (lingkaran) majlis zikir para shahabatnnya, Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Para shahabat menjawab: “Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena telah memberikan hidayah Islam dan nikmat yang telah Ia berikan kepada kami”. Rasulullah Saw berkata: “Demi Allah, kamu hanya duduk karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, kami duduk hanya karena itu”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, sesungguhnya malaikat Jibril telah datang kepadaku, ia memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kamu kepada para malaikat”. (HR. at-Tirmidzi).[8]
Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Shahih. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).[9]
Hadits Kelima:
كَانَ سَلْمَانُ فِي عِصَابَةٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ فَمَرَّ بِهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُمْ قَاصِدًا حَتَّى دَنَا مِنْهُمْ فَكَفُّوا عَنِ الْحَدِيثِ إِعْظَامًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «مَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ؟ فَإِنِّي رَأَيْتُ الرَّحْمَةَ تَنْزِلُ عَلَيْكُمْ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُشَارِكَكُمْ فِيهَا» .
Salman al-Farisi bersama sekelompok shahabat berzikir, lalu Rasulullah Saw melewati mereka, Rasulullah Saw datang kepada mereka dan mendekat. Lalu mereka berhenti karena memuliakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang kamu ucapkan? Aku melihat rahmat turun kepada kamu, aku ingin ikut serta dengan kamu”. (Hadits riwayat Imam al-Hakim).
Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini:
«هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، وَقَدِ احْتَجَّا بِجَعْفَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ، فَأَمَّا أَبُو سَلَمَةَ سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ الزَّاهِدُ، فَإِنَّهُ عَابِدُ عَصْرِهِ وَقَدْ أَكْثَرَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ الرِّوَايَةَ عَنْهُ»
Ini hadits shahih, tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka.
Komentar Imam adz-Dzahabi:
[التعليق – من تلخيص الذهبي] – صحيح
Komentar Imam adz-Dzahabi dalam kitab at-Talkhish: Hadits Shahih.[10]
Hadits Keenam:
وَعَن عبد الله بن الزبير قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ مِنْ صَلَاتِهِ يَقُولُ بِصَوْتِهِ الْأَعْلَى
Dari Abdullah bin az-Zubair, ia berkata: Rasulullah Saw apabila telah salam dari shalat, ia mengucapkan dengan suara yang tinggi:
«لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه لَا إِلَه إِلَّا الله لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدّين وَلَو كره الْكَافِرُونَ»
Komentar Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: Hadits Shahih.[11]
Hadits Ketujuh:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: «أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً»
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt berfirman: “Aku menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berzikir mengingat Aku. Jika ia berzikir sendirian, maka Aku menyebutnya di dalam diriku. Jika ia berzikir bersama kelompok orang banyak, maka aku menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat satu jengkal kepadaku, maka Aku mendekat satu hasta kepadanya. Jika ia mendekat satu hasta, maka Aku mendekat satu lengan kepadanya. Jika ia datang berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).[12]
Hadits Kedelapan:
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ، بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ المَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ»
Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir setelah selesai shalat wajib sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu bahwa mereka telah selesai shalat ketika aku mendengarnya (zikir dengan suara jahr)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). [13]
Hadits Kesembilan:
ما من قوم يذكرون الله إلا حفت بهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده
Tidaklah sekelompok orang berzikir mengingat Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, mereka diliputi rahmat Allah, turun ketenangan kepada mereka dan mereka dibanggakan Allah kepada para malaikat yang ada di sisi-Nya. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi). [14]
Komentar Syekh al-Albani dalam shahih wa dha’if Sunan at-Tirmidzi: Hadits Shahih.[15]
Hadits Kesepuluh:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ، لَا يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلَّا وَجْهَهُ، إِلَّا نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ، قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Sekelompok orang berkumpul berzikir mengingat Allah, tidak mengharapkan kecuali keagungan Allah, maka ada malaikat dari langit yang memanggil mereka: “Berdirilah kamu, dosa -dosa kamu telah diganti dengan kebaikan”.
Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-Musnad.
Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang hadits ini:
صحيح لغيره، وهذا إسناد حسن
Shahih li ghairihi, sanad ini sanad hasan. [16]
Hadits Kesebelas:
لأَنْ أَذْكُرَ الله تَعَالَى مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَلأَنْ أَذْكُرَ الله مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فيها
Dari Anas, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Aku berzikir mengingat Allah bersama orang banyak setelah shalat shubuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada terbitnya matahari. Aku berzikir bersama orang banyak setelah shalat ashar hingga tenggelam matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya”. (Hadits riwayat Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir dengan tanda: Hadits Hasan).[17]
Pendapat Ulama Tentang Zikir Jahr
Pendapat Imam as-Suyuthi:
سَأَلْتُ أَكْرَمَكَ اللَّهُ عَمَّا اعْتَادَهُ السَّادَةُ الصُّوفِيَّةُ مِنْ عَقْدِ حِلَقِ الذِّكْرِ وَالْجَهْرِ بِهِ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَفْعِ الصَّوْتِ بِالتَّهْلِيلِ، وَهَلْ ذَلِكَ مَكْرُوهٌ أَوْ لَا؟
الْجَوَابُ: إِنَّهُ لَا كَرَاهَةَ فِي شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ، وَقَدْ وَرَدَتْ أَحَادِيثُ تَقْتَضِي اسْتِحْبَابَ الْجَهْرِ بِالذِّكْرِ، وَأَحَادِيثُ تَقْتَضِي اسْتِحْبَابَ الْإِسْرَارِ بِهِ، وَالْجَمْعُ بَيْنَهُمَا أَنَّ ذَلِكَ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْأَحْوَالِ وَالْأَشْخَاصِ، كَمَا جَمَعَ النووي بِمِثْلِ ذَلِكَ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ الْوَارِدَةِ بِاسْتِحْبَابِ الْجَهْرِ بِقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالْوَارِدَةِ بِاسْتِحْبَابِ الْإِسْرَارِ بِهَا
Pertanyaan ditujukan kepada Imam as-Suyuthi tentang kebiasaan kalangan Tasauf membuat lingkaran zikir dan berzikir jahr di masjid-masjid serta mengeraskan suara ketika ber-tahlil, apakah itu makruh atau tidak?
Perbuatan itu tidak makruh, terdapat beberapa hadits yang menganjurkan zikir jahr dan hadits-hadits yang menganjurkan zikir sirr. Kombinasi antara keduanya bahwa jahr dan sirr berbeda sesuai perbedaan kondisi dan orang yang berzikir, sebagaimana yang digabungkan Imam an-Nawawi tentang hadits-hadits berkaitan dengan anjuran membaca al-Qur’an dengan cara jahr dan sirr.[18]
Pendapat Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani:
Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani berkata: “Para ulama sepakat bahwa wajib bagi seorang murid men-jahr-kan zikir dengan kekuatan yang sempurna hingga tidak ada yang luang melainkan bergetar dari atas kepala hingga jari-jari kedua kaki”[19]
Bagaimana dengan Ayat yang Memerintahkan Zikir Sirr?
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara”. (QS. al-A’raf[7]: 205).
Imam as-Suyuthi memberikan jawaban dalam kitab Natijat al-Fikr fi al-Jahr bi adz-Dzikr:
Pertama, ayat ini turun di Mekah, karena bagian dari surat al-A’raf, surat ini turun di Mekah, seperti ayat dalam surat al-Isra’: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Qs. al -Isra’ [17 ]: 110), ayat ini turun ketika Rasulullah Saw membaca al-Qur’an secara jahr lalu didengar orang-orang musyrik, lalu mereka mencaci maki al-Qur’an dan Allah yang menurunkannya, maka Allah memerintahkan agar jangan membaca jahr untuk menutup pintu terhadap perbuatan tersebut, sebagaimana dilarang mencaci-maki berhala dalam ayat: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”. (Qs. al-An’am [6 ]: 108).
Kedua, sekelompok ahli Tafsir, diantara mereka Abdurrahman bin Yazid bin Aslam guru Imam Malik dan Ibnu Jarir memaknai perintah zikir sirr ini ketika ada bacaan al-Qur’an. Diperintahkan zikir sirr ketika ada bacaan al-Qur’an untuk mengagungkan al-Qur’an. Ini kuat hubungannya dengan ayat: “ Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. al-A’raf [7 ]: 204).
Ketiga, Sebagaimana yang disebutkan para ulama Tasauf bahwa perintah dalam ayat ini khusus kepada Rasulullah Saw, adapun kepada selain Rasulullah Saw maka mereka adalah tempatnya was-was dan lintasan hati, maka diperintahkan zikir jahr karena zikir jahr itu lebih kuat pengaruhnya dalam menolak was-was.
Bagaimana Dengan Ayat Yang Memerintahkan Sirr?
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55)
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf [8 ]: 55).
Jawaban:
Pertama: Pendapat yang kuat tentang makna melampaui batas dalam ayat ini adalah melampaui batas yang diperintahkan, atau membuat-buat doa yang tidak ada dasarnya dalam syariat Islam, diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal, ia mendengar anaknya berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu istana yang putih di sebelah kanan surga”, maka Abdullah bin Mughaffal berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “ Ada di antara ummatku suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa dan bersuci. Kemudian ia membaca ayat ini: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf [ 7]: 55). Ini penafsiran seorang shahabat nabi tentang ayat ini, ia lebih mengetahui maksud ayat ini.
Kedua: ayat ini tentang doa, bukan tentang zikir. Doa secara khusus lebih utama dengan sirr, karena lebih dekat kepada dikabulkan, sebagaimana firman Allah: “ Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”. (Qs. Maryam [19]: 3).
Referensi
[1]Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I hal. 168. No. Hadis 841
[2]Muslim, Shahih Muslim, Juz. I hal. 410. No. Hadis 122
[3]Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Juz.XIX, hal.134.
[4]Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. VIII hal. 86. No. Hadis 6408
[5]Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, Juz. I. hal. 671. No. Hadis 1820
[6]At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz. V, hal. 532. No. Hadis 3510
[7]al-Albani, Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, Juz. VIII. h. 10
[8]At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz. V, hal. 322. No. Hadis 3379
[9]al-Albani, Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, Juz. VII. h. 379
[10]Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, Juz. I. hal. 210. No. Hadis 419
[11]al-Albani, Misykaat al-Mashaabih, Juz. I. h. 304. No. 963
[12]Muslim, Shahih Muslim, Juz. IV hal. 2061. No. Hadis 2675
[13]Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I hal. 168. No. Hadis 841; Muslim, Shahih Muslim, Juz. I hal. 410. No. Hadis 122
[14]At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz. V, hal. 321. No. Hadis 3378
[15]al-Albani, Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi, Juz. VII. h. 378
[16]Ahmad, Musnad Ahmad, Juz. IXX. Hal. 437. No. Hadis. 12453
[17]Jami’ al-Shagir, Al-Suyuti, Juz. I. Hal. 10107.
[18]Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.II, hal.81. lihat selengkapnya, Imam as-Suyuthi memuat 25 hadits tentang zikir jahr.
[19]Al-Anwar al-Qudsiyyah, juz.I, hal, 38
Sumber: H. Abdul Somad, Lc., MA. 37 Masalah Populer, h. 164-172.